Kamis, 18 Mei 2017

keindahan gunung sunda

HANYA berjarak sekitar tiga kilometer dari Alun-alun Cisaat, lokasi Gunung Sunda yang berada di Kampung Jambelaer, Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, dalam setahun terakhir semakin ramai diperbincangkan warga lokal sebagai objek wisata kekinian.
Di media sosial, netizen pun terus berisik. Selain ada yang sekadar berbagi cerita dan mengunggah foto, banyak pula yang menyarankan sejawatnya untuk segera berkunjung ke lokasi yang mulai mendapat perhatian dari pemerintah daerah ini.
Gunung Sunda memang belum semasyhur Gunung Gede. Bahkan, jika diukur dari ketinggiannya, Gunung Sunda pun rasanya kurang tepat untuk disebut gunung. Tingginya diperkirakan tak lebih dari 600 meter di atas permukaan laut, terpaut jauh dengan ketinggian Gunung Gede yang mencapai 2.815 mdpl. Namun, penamaan Gunung Sunda rupanya sudah kadung melekat di benak warga Sukabumi dan wisatawan daerah lain ketimbang sebutan Bukit Sunda.
Dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan lintas selatan dari arah Kota Sukabumi, perjalanan lancar menuju lokasi hanya ditempuh 30 menit. Sesampainya di lokasi, puluhan motor sudah berjejer di area parkir yang berjarak sekitar 800 meter dari puncak gunung. Setelah melewati jalan setapak yang cukup membuat napas ngos-ngosan, 15 menit kemudian panorama Kota/Kabupaten Sukabumi terlihat jelas dari puncak gunung.
”Saya sudah tiga kali datang ke sini, yang pertama datang pagi karena mengejar sunrise, yang kedua datang sore pengen lihat sunset dan berkemah di sini. Kalau malam pemandangan lampu kota Sukabumi bagus banget. Udaranya juga dingin. Sekarang, saya datang siang dan ternyata sangat panas. Lebih bagus datang pagi atau sore kalau mau lihat pemandangan,” ujar seorang pengunjung, Yosef Taryawan (25).
Siang itu, sekitar pukul 13.00, cuaca di puncak gunung memang sedang terik.Saking panasnya, beberapa pengunjung memilih duduk-duduk santai sambil bercengkerama di saung dan warung yang dibangun warga desa. Namun, tak sedikit pula yang tetap antusias untuk berfoto-foto di atas jejeran batu kuarsa. ”Makanan dan minuman di sini juga murah. Kopi hanya Rp 3.000, bakso juga cuma Rp 10.000. Standar lah, tidak mahal,” kata Yosef.
Puncak Gunung Sunda memang tak seluas alun-alun Suryakencana yang ada di Gunung Gede. Gunung Sunda juga belum seterkenal Pantai Palabuhanratu atau Karanghawu yang sudah menjadi ikon Kabupaten Sukabumi. Namun, jika dikelola dengan baik, dengan mengandalkan keindahan citylight, sunset, dan sunrise, Gunung Sunda tak menutup kemungkinan bisa menyaingi kemasyhuran Bukit Moko di Bandung.
”Kalau ke pantai sudah bosan,” ujar Yosef.
Warga Desa Padaasih, Rudi Sulaeman (30) menuturkan, dalam setahun terakhir jumlah pengunjung ke Gunung Sunda meningkat drastis terutama pada akhir pekan. Menurut dia, sebutan Gunung Sunda bukanlah nama yang disematkan warga lokal. ”Kalau kami di sini, sejak dari kecil menyebutnya Gunung Kerud. Nggak tahu sekarang jadi disebut Gunung Sunda. Buat penduduk desa, dari dulu gunung ini sebagai sumber air,” ujarnya.
Menurut dia, luas gunung tersebut sekitar 130 hektare. Selain dipenuhi jejeran batu kuarsa, Gunung Sunda juga masih rimbun dengan pepohonan, terutama bambu. ”Warga desa memang sangat menjaga pohon bambu. Pohon itu untuk menopang tanah agar terhindar dari longsor. Pohon bambu juga penting sebagai penyerap air hujan. Makanya, pengunjung pun kami harapkan tak merusak tumbuhan yang ada,” katanya.
Semakin sore pengunjung yang datang semakin banyak. Sorotan sinar matahari yang mulai redup membuat suasana di puncak menjadi riuh. Beberapa tenda pun mulai terpasang di sepanjang pinggiran jalan setapak yang saya lewati untuk menuju pulang.

0 komentar:

Posting Komentar